Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

PENCARIAN BIO-KEHATI

Selasa, 28 April 2009

Artikel Cacing (Aku HArus Tinggal Dimana??)

By Amiruddin


Mungkin teman-teman tidak pernah memperhatikan aku, jangankan memperhatikan, memegang saja pasti kalian enggan, jijik, atau geli dan sbgnya. Tapi asal kalian tau saja aq termasuk binatang yang menguntungkan loh, aq sangat penting bagi kesuburan tanah, karena selain kotoranq yang mengandung unsur organik, aq juga sangat berperan dalam membantu tanaman dalam menembuskan akarnya, sehingga tanaman mampu tumbuh dengan baik, secara... aq tinggal didalam tanah serta mencari makan, minum dan bereproduksi ditanah tersebut. Aq juga bisa dibilang sebagai salah satu indikator dalam mengukur tingkat kesuburan tanah, oleh karena itu semakin spesiesku berlimpah dalam tanah, maka semakin baik kuwalitas tanah itu dan tanaman yang kalian gunakan sebagai sumber kebutuhan sehari-hari sangat bergantug pada aq untuk memperlancar pertumbuhannya.






Tetapi, beberapa hari ini aq sangat sengsara, bahkan hidupqu terancam, soalnya ditanah kampus tempat aq tinggal sekarang tergenang air (alias banjir), aq juga ga tau kenapa ini bisa terjadi, padahal aq dah lama loh tinggal disini bahkan sebelum kampus ini dibangun ga pernah mengalami yang namanya banjir, namun sekarang seluruh tempat yang aq diami telah tenggelam, dimana lagi aq harus tinggal!, apa diatas gedung? atau diatas kayu terapung? aq mana mampu hidup didalam air dan aq tidak tahan melawan teriknya matahari, aq hanya butuh segumpal tanah, namun itupun tak ada.


Foto FMIPA Unmul


Biarlah, mungkin ini takdirq menjadi binatang kecil yang tak berdaya dan aq hanya berharap kepada teman-teman, mungkin dengan keluh kesahku ini membuat kalian yang diberi kemampuan, kekuatan dan akal mampu berfikir dan bergerak, utuk dapat mengembalikan tanahku ini, agar tidak tergenang air lagi. Tapi jika pintu hati kalian tidak tergerak maka kalian sama saja seperti aq yang pasrah pada takdir yang terjadi. Sebab orang-orang yang tinggal dikampus ini ngakunya orang-orang saintis (ilmuan) masa ga malu disamakan ma aq. So aq peringatkan ma kalian, mungkin sekarang tempat tinggalku yang tenggelam, tapi kalau hati nurani kalian tidak tergerak, maka suatu saat nanti bisa saja seluruh alam ini yang akan tenggelam.


Jumat, 17 April 2009

Bioremediasi

Remediasi : Kegiatan untuk membersihkan lingkungan.

Hal yang perlu diketahui dlm melakukan remediasi:

1. Jenis pencemar (organik atau anorganik),

2. terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,

3. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari lingkungan tersebut,

4. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),

5. Jenis tanah,

6. Kondisi tanah (basah, kering),

7. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,

8. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Atau Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.

Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.

Yang termasuk dalam polutan-polutan antara lain :

  • logam-logam berat,
  • petroleum hidrokarbon, dan
  • senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida dll.

Tujuan Bioremediasi : untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Kelebihan teknologi ini adalah:

1. Relatif lebih ramah lingkungan,

2. Biaya penanganan yang relatif lebih murah

3. Bersifat fleksibel.

Saat bioremediasi terjadi, enzim” yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, disebut biotransformasi.

Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.

Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi/ biodegradasi adalah dengan cara:

(i) seeding, mengoptimalkan populasi dan aktivitas mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik) dan/atau penambahan mikroorganisme exogenous (bioaugmentasi)

(ii) feeding, memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi (biostimulasi) dan aerasi (bioventing).

Bioremediasi terbagi 2 :

1. In situ : dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar 2. Ex situ : tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba.

Bioremediasi ex-situ bisa lebih cepat dan mudah dikontrol. Dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.

Ø Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:

1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb

2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus

3. Penerapan immobilized enzymes

4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.

Kunci sukses bioremediasi adalah :

1. Dilakukan karakterisasi lahan (site characterization) :

    • sifat dan struktur geologis lapisan tanah,
    • lokasi sumber pencemar
    • perkiraan banyaknya hidrokarbon yang terlepas dalam tanah.
    • sifat-sifat lingkungan tanah : derajat keasaman (pH), temperatur tanah, kelembaban hingga kandungan kimia yang sudah ada, kandungan nutrisi, ketersediaan oksigen.
    • mengetahui keberadaan dan jenis mikroba yang ada dalam tanah.

2. Treatability study.

    • Sesudah data terkumpul, kita bisa melakukan modeling untuk menduga pola distribusi dan tingkat pencemarannya. Salah satu teknik modeling yang kini banyak dipakai adalah bioplume modeling dari US-EPA. Di sini, diperhitungkan pula faktor perubahan karakteristik pencemar akibat reaksi biologis, fisika dan kimia yang dialami di dalam tanah.
    • Rekayasa genetika terkadang juga perlu jika mikroba alamiah tak memuaskan hasilnya.
    • Treatability study juga akan menyimpulkan apakah reaksi dapat berlangsung secara aerobik atau anaerobik.

Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen” yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba” memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.

Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan.

Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.


Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:

1. Biostimulasi

Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.

2. Bioaugmentasi

Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.

Hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan:

Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.



Senin, 06 April 2009

Evolution

For as long as there have been people on Earth, there have been Questions about how and why life exists as it does. Many different ideas and explanation have been suggested over the year. Scientist have shown that idea known as evolution is the best explanation. There have proved that idea works by looking at fossils and by studying the way in which animals and plants adapt themselves to changes in their environments.

Animals and plants that are well suited to their environments will survive best and pass on their characteristic to the following generations. Groups of plants or animals that share similar features are a kind of family. Known as a species. Scientists can look backwards into history and show that all species come from the same ancient parents. Each living thing is a blend of older and newer features, and each species is always developing and adapting, and this branching out looks rather like an enormous and complicated family tree.

Evolution Facts

* Identical twins have exactly the same information in their DNA.

* The ‘human genome project’, begun in 1990, is an international effort to decode the information in human DNA. It will be finished in 2005.

* Mistakes in the copying of DNA from generation to the next are called mutations.

* Life on Earth seems to have begun arround 3.500 million years ago, as simple one-celled organisms in the sea.

* Humans beings evolved from apes, about three million years ago.

Earth In Danger


The Earth’s six billion people are all using the planet’s resources of materials and energy. As we use up these resources, we produce vast quantities of waste. These actions can disrupt the natural patterns of the biosphere, and upset the fine balances in the natural world. For example, changes to the cycles of gases in the biosphere can have far-reaching effects that people sometimes do not notice until it is too late. Scientists argue about the importance of these effects, some saying that they are terrible and others that they are really quite unimportant. But most scientists agree that humans are pumping too much carbon dioxide in the atmosphere by running cars and by polluting with factories and heavy industry. The extra carbon dioxide seems to be causing a rise of temperatures all around the world known as the enhanced greenhouse effect. This, in turn, seems to be causing sea levels to rise as the polar ice caps melt, affecting the World’s climate and weather patterns.

Greenhouse Effect

Burning fossil fuels, such as oil, coal and natural gas, releases carbon dioxide into the atmosphere. Carbon dioxide is called a greenhouse gas, because it collects high in the atmosphere and traps some of the Sun’s energy underneath it, like a greenhouse. This ‘greenhouse effect’ is natural, and controls the Earth’s temperature. But too much carbon dioxide in the atmosphere could lead to the Earth warming up too much. This could cause the polar ice caps to melt. Sea levels would then rise, flooding many cities. Wee need to use less electricity and to share public transport to reduce the discharge of polluting gases

Eco Facts

* The population of the world has doubled, from three billion to six billion, in the last 30 years.

* An apple core normally takes about a week to decay, while a plastic bag may take hundreds of years

* Ozone – a naturally occurring gas in the atmosphere – protects life on Earth from the harmful effect of ultraviolet radiation. Some gases produce in factories reduce or ‘deplete’ the amount of ozone in the atmosphere.

REKAYASA EVOLUSIONIS














Oleh: Amiruddin

Rekonstruksi dapat diartikan sebagai atau membangun model makhluk hidup berdasarkan satu potong tulang (fosil) yang ditemukan dalam penggalian. ” Manusia-manusia kera” yang kita lihat dikoran dan majalah atau film semuanya adalah rekonstruksi.

Yang perlu dicermati adalah seberapa ilmiahkah gambar-gambar tersebut, oleh karena fosil biasanya ditemukan dalam keadaan tidak tersusun dan tidak lengkap, rekaan apapun yang yang didasarkan padanya adalah kemungkinan besar hasil khayalan.

Pada kenyataannya, rekostruksi yang dibuat para evolusionis berdasarkan pada sisa-sisa fosil’ telah dipersiapkan dengan tepat sesuai dengan tujuan evolusi.

Disini, kita harus mencermati satu hal penting: pengkajian berdasarkan sisa-sisa tulang tidak dapat mengungkap (jaringan lunak) dari makhluk hidup yang telah mati. Rambut, kulit, hidung, telinga, bibir, atau ciri-ciri muka yang lain. Makhluk hidup tidak dapat ditentukan dari peninggalan tulang belulangnya. Para evolusionis membuat jaringan lunak tersebut untuk meyakinkan bahwa evolusi manusia yang berasal dari kera itu benar, serta untuk lebih meyakinkan lagi mereka menggambarkan kegiatan mereka yang seolah-olah benar dan pernah terjadi. Padahal untuk membuat hayalan jaringan lunak merupakan pekerjaan yang sangat mustahil yang hanya brdasarkan tulang brlulang, hal ini sesuai yang telah diungkapkan oleh Ernest A. Hooton dari Harvard University, yang menerangkan sebagai berikut: Usaha untuk mengembalikan jaringan lunak adalah pekerjaan yang sungguh lebih berbahaya. Bibir, mata, telinga dan ujung hidung tidak meninggalkan petunjuk pada bagian bagian tulang yang ada dibawahnya. Dengan alat bantu yang sama, dapat dibuat sebuah fosil tengkorak manusia purba dengan ciri-ciri simpanse atau wajah seorang filsuf. Akan tetapi seluruh restorasi jenis jenis manusia purba ini sangat sedikit memiliki nilai ilmiah, itupun kalau ada, dan kemungkinan akan hanya menyesatkan masyarakat luas....(Earnest A. Hooton, Up From The Ape, New York: Mc Millan, 1991, hlm.332. dalam Insigh Buletin).

Jadi jangan mudah percaya pada rekonstruksi evolusionis!!.






Download MP3

Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

"Just For Fun with BioHunter And Primbon"